seputar – Kinshasa | Kementerian Kesehatan Republik Demokratik Kongo melaporkan wabah meningitis di provinsi Tshopo, timur laut Kongo, telah menewaskan 129 orang. Sementara jumlah warga yang telah terinfeksi sejak kasus pertama ditemukan pada Juni lalu sebanyak 267 kasus.
Dilansir Reuters, Rabu (8/9/2021) tes yang dilakukan oleh Institut Pasteur di Paris mendeteksi salah satu jenis bakteri yang paling umum, Neisseria meningitidis, yang berpotensi menyebabkan epidemi besar. Hal itu dilaporkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Menteri Kesehatan, Jean-Jacques Mbungani mengatakan investasi dilakukan pada awal Juni di dekat Panga, sekitar 270 kilometer utara kota Kisangani. Haslinya, menemukan pasien menderita demam, sakit kepala, leher kaku, dan kesulitan berbicara.
Meningitis ditularkan melalui ciuman, bersin atau batuk pada seseorang, atau tinggal dalam jarak dekat dengan orang yang terinfeksi. Orang-orang dari segala usia dapat tertular penyakit ini, tetapi penyakit ini terutama menyerang bayi, anak-anak dan remaja.
“Kami bergerak cepat, mengirimkan obat-obatan dan mengerahkan para ahli untuk mendukung upaya pemerintah mengendalikan wabah dalam waktu sesingkat mungkin,” kata direktur regional WHO untuk Afrika, Matshidiso Moeti.
Provinsi Tshopo terletak di sabuk meningitis Afrika, yang membentang di seluruh benua dari Senegal ke Ethiopia.
Berdasarkan data WHO, Kongo telah mengalami beberapa wabah di masa lalu, termasuk satu pada tahun 2009 yang menginfeksi 214 orang dan menyebabkan 15 kematian.
Selain dilanda konflik bersenjata selama bertahun-tahun, korupsi, dan kekurangan dana, sistem kesehatan Kongo dalam empat tahun terakhir telah memerangi empat wabah. Yaitu wabah ebola, kolera dan campak endemik, wabah pes, dan pandemi COVID-19.(detik)