seputar – Jakarta | Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menilai Myanmar berisiko menjadi negara “penyebar super Covid-19” di kawasan Asia Tenggara menyusul infeksi virus corona yang terus melonjak di negara itu.
Pelapor Khusus PBB soal HAM Myanmar, Tom Andrews, mengatakan bahwa prediksi itu didasari pada situasi Myanmar yang sedang menghadapi gelombang penularan Covid-19 paling parah dan di saat bersamaan krisis politik dan ekonomi akibat kudeta militer masih berlangsung.
“Myanmar menjadi penyebar super Covid-19 dengan varian Delta yang sangat mematikan ini dan bentuk penyakit lainnya yang sangat berbahaya, sangat mematikan, sangat menular. Ini sangat, sangat berbahaya dengan berbagai alasan,” kata Andrews seperti dilansir dari laman CNN Indonesia, Jumat (30/7/2021).
Andrews mengatakan, komunitas internasional termasuk negara tetangga Myanmar, perlu bertindak cepat mengulurkan bantuan atau mereka akan menerima konsekuensi dari gelombang penularan Covid-19 yang tidak terkendali di dekat perbatasan.
PBB khawatir karena sekitar sepertiga populasi dunia tinggal di negara tetangga Myanmar, seperti Bangladesh, China, Rusia, dan negara Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Kondisi di Myanmar juga kian parah. Akibat kudeta 1 Februari lalu, banyak rumah sakit pemerintah di penjuru negeri hampir tidak berfungsi optimal.
Para dokter melakukan aksi mogok kerja memprotes junta militer. Banyak dokter terpaksa merawat pasien secara diam-diam karena terus menghadapi ancaman kekerasan dan penangkapan militer.
Banyak warga Myanmar juga memasang bendera kuning untuk menandakan kematian dan bendera putih sebagai tanda memohon bala bantuan seperti makanan serta obat-obatan.
Sistem kesehatan Myanmar yang tumbang juga diperparah dengan program vaksinasiCovid-19 yang terhenti.
Data Kementerian Kesehatan dan Olahraga di bawah pimpinan junta militer menyatakan 4.629 orang meninggal dunia karena Covid-19 sejak 1 Juni lalu.
Sampai saat ini, statistik mencatat total ada lebih dari 284 ribu kasus Covid-19 dengan 8.000 kematian di Myanmar. Banyak pihak menganggap angka itu terlalu rendah.
“Kami tahu bahwa ini adalah lonjakan (penularan Covid-19) ke atas. Dan peningkatan ini sangat cepat, peningkatan yang sangat cepat,” kata Andrews. (cnn Indonesia)