seputar – Jakarta | Pasukan keamanan Myanmar menembaki demonstran pro-demokrasi pekerja medis di Kota Mandalay, hingga menimbulkan seorang korban jiwa dan lainnya luka, demikian diberitakan media setempat.
Demonstran para penentang kudeta 1 Februari terus melakukan perlawanan terhadap militer selama Tahun Baru pekan ini dengan serangkaian aksi protes.
Pekerja medis, yang beberapa di antaranya berada di garis terdepan kampanye melawan kudeta, awalnya berkumpul di kota terbesar kedua, Mandalay. Namun, secara mengerikan pasukan keamanan langsung tiba untuk membubarkan mereka, melepaskan tembakan dan menangkap sejumlah demonstran, kata Kantor Berita Mizzima.
Dilansir dari laman antara, Jumat (16/4), menurut Mizzima, pihaknya belum mendapat rincian mengenai korban jiwa atau penangkapan. Layanan BBC berbahasa Burma juga melaporkan penindasan terhadap demonstran petugas medis.
Juru bicara junta tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar.
Kudeta telah menyeret Myanmar ke dalam krisis setelah 10 tahun menuju demokrasi, dengan protes dan aksi pembangkangan terjadi setiap harinya, termasuk aksi mogok pekerja di banyak sektor, yang menghentikan roda perekonomian.
Liburan Tahun Baru lima hari, yang disebut Thingyan, dimulai pada Selasa. Namun para pegiat prodemokrasi membatalkan festival tahunan itu untuk berfokus pada penentangan mereka terhadap para jenderal yang telah merebut kekuasaan.
Militer mengklaim aksi protes berkurang.
Kelompok pembela HAM Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) mengungkapkan bahwa pasukan keamanan Myanmar telah menewaskan 715 demonstran sejak pemerintahan Aung San Suu Kyi dilengserkan.
Kantor HAM PBB pada Selasa mengaku khawatir bahwa penindakan keras militer terhadap demonstran berisiko menjadi konflik sipil, seperti yang terjadi di Suriah.(antara)