seputar-Jakarta | Sebuah danau di wilayah selatan Patagonia, Argentina, telah berubah warna menjadi pink, dan para ahli serta aktivis lingkungan menyalahkan polusi dari limbah bahan kimia yang digunakan dalam proses pengawetan udang untuk ekspor sebuah pabrik.
Warna merah muda mencolok tersebut disebabkan oleh natrium sulfit, produk antibakteri yang digunakan di pabrik ikan, yang limbahnya diduga mencemari sungai Chubut yang mengalir ke danau Corfo dan sumber air lainnya di wilayah tersebut, menurut para aktivis.
Warga telah lama mengeluhkan bau busuk dan masalah lingkungan lainnya di sekitar sungai dan danau.
“Mereka yang seharusnya memegang kendali adalah mereka yang memberi wewenang untuk meracuni orang,” kata aktivis lingkungan Pablo Lada kepada AFP, menyalahkan pemerintah atas kekacauan itu.
Danau berubah menjadi pink sejak minggu lalu dan mulai berwarna pekat pada hari Minggu (25/7), kata Lada, yang tinggal di kota Trelew, tidak jauh dari danau dan sekitar 1.400 kilometer selatan Buenos Aires.
Insinyur lingkungan dan ahli virologi Federico Restrepo mengatakan kepada AFP bahwa pewarnaan itu disebabkan oleh natrium sulfit dalam limbah ikan, yang secara hukum harus diolah sebelum dibuang.
Danau menerima limpasan dari kawasan industri di kota Trelew dan telah berubah warna menjadi keunguan sebelumnya.
Saat ini warga sekitar danau sudah sangat muak.
Dalam beberapa pekan terakhir, penduduk Rawson, tetangga kota Trelew, memblokir jalan yang digunakan oleh truk yang membawa limbah pengolahan ikan melalui jalan mereka ke pabrik di pinggiran kota.
“Setiap hari kami melihat puluhan truk, warga sudah mulai bosan,” kata Lada.
Dengan larangan Rawson karena protes, otoritas provinsi memberikan izin kepada pabrik untuk membuang limbah mereka di danau Corfo.
“Warna kemerahan tidak menyebabkan kerusakan dan akan hilang dalam beberapa hari,” kata kepala kontrol lingkungan untuk provinsi Chubut, Juan Micheloud, kepada AFP pada pekan lalu.
Sebastian de la Vallina, sekretaris perencanaan kota Trelew tidak setuju: “Jangan mengesampingkan sesuatu yang begitu serius.”
Pabrik yang memproses ikan untuk ekspor, terutama udang dan ikan, menghasilkan ribuan lapangan pekerjaan untuk provinsi Chubut, rumah bagi sekitar 600 ribu jiwa.
Puluhan perusahaan perikanan asing beroperasi di wilayah perairan di bawah yurisdiksi Atlantik Argentina.
“Pengolahan ikan menghasilkan lapangan pekerjaan… itu benar. Tapi ini adalah perusahaan beromzet jutaan dolar yang tidak mau membayar ongkos kirim untuk membawa limbah ke pabrik pengolahan yang sudah ada di Puerto Madryn, 35 mil jauhnya, atau membangun tanaman lebih dekat,” kata Lada. (cnnindonesia)