seputar-Jakarta | Arnold Putra, desainer yang pernah menghebohkan Indonesia lantaran tas buatannya dari tulang anak osteoporosis terseret dalam kasus temuan paket berisi organ manusia.
Polisi Brasil menemukan potongan kaki dan tiga paket plasenta yang sudah diawetkan oleh seorang profesor di laboratorium anatomi manusia Universitas Negeri Manaus (UEA).
Berdasar informasi salah satu sumber polisi, pemesan paket potongan tubuh manusia ini adalah desainer berinisial AP. Kontroversi yang terjadi sebelumnya membuat nama dia disebut-sebut dalam kasus tersebut.
Kepada Highsnobiety, laman yang membahas streetwear fashion, Arnold mengaku lahir dan tumbuh di Jakarta. Namun beberapa tahun belakangan ia menetap di Los Angeles dan banyak travelling. Arnold lebih dikenal sebagai selebgram atau selebritas Instagram.
Akan tetapi kecintaannya terhadap dunia fashion sudah muncul sejak usia belia.
“Saya mulai bereksperimen dengan mode di usia muda. Dari memakai topi sekolah menyamping dan menumpuk topi lain di atas miring ke sisi lain seperti topi bajak laut, hingga memilih memakai sepatu selam karena saya menyukai mobilitas sambil tetap mematuhi aturan sepatu hitam sekolah, rekan-rekan saya memakai Nike Air Force 1s dan Lebrons,” ungkap Arnold dalam wawancara pada Mei 2018 silam.
Bagaimana dengan ikon favorit di dunia fashion? Rupanya Arnold tidak menyebut sosok desainer baik dalam maupun luar negeri. Ia merujuk pada gaya remaja hardcore punk. Menurut dia, gaya hardcore punk mampu meramu gaya dengan apapun yang ditemukan di jalanan.
Tak hanya soal gaya, ia pun mengagumi cara hidup para remaja hardcore punk yang lekat dengan kenekatan. Meski digerebek polisi, lanjutnya, mereka bakal membalas dengan cara tertentu.
Tas tulang belakang manusia dan lidah buaya
Pada 2016 silam, Arnold jadi buah mulut publik akan karya desain tas yang terbuat dari tulang belakang manusia dan lidah buaya. Tulang belakang manusia dijadikan pegangan tas, sedangkan susunan lidah buaya jadi kantungnya.
Melalui akun Instagramnya, tas tangan ini terbuat dari tulang belakang seorang anak dengan osteoporosis.
Tas yang diklaim satu-satunya di dunia ini dibanderol dengan harga US$5 ribu atau sekitar Rp71,7 juta.
Seperti dikutip dari Insider, Arnold mengaku dirinya cuma berkontribusi dalam pembuatan. Ia mengklaim, bahan baku tas “bersumber etis” dan berasal dari surplus medis di Kanada.
Tidak berhenti sampai di situ, Arnold dikabarkan menukar jam tangan mewah palsu dengan barang-barang yang dianggap berharga milik suku pedalaman. Kabar ini sempat viral berkat cuitan akun SuperiorGab. Hingga kini belum tersingkap fakta mengenai barang-barang palsu tersebut.
Di sisi lain, ia seolah memberikan sinyal bahwa dirinya masih eksis di dunia fashion dengan menghadiri ajang fashion bergengsi, Paris Fashion Week 2022. Ia tidak menenteng tas tulang belakang atau desain kontroversial lainnya. Justru busana yang ia kenakan berhasil menuai kehebohan di media sosial. Ia tampil mengenakan atasan jaket loreng oranye kemerahan dan hitam dan celana kargo dengan motif senada.
Sekilas, busana yang ia kenakan mirip dengan seragam organisasi Pemuda Pancasila berkat motif plus tulisan dan logo mirip Pemuda Pancasila di bagian dada.
Kemudian yang terbaru, ada dugaan dirinya memesan potongan kaki dan tiga plasenta. Apa yang akan dibuat Arnold dengan organ-organ ini? Hingga kini Arnold belum buka suara.
Polri surati Interpol
Sementara itu Polri telah menyurati Interpol di Brasil dan Singapura untuk mengkonfirmasi lebih lanjut mengenai kabar dugaan keterlibatan desainer asal Indonesia Arnold Putra dalam sindikat penjualan organ manusia dari Brasil.
“Disampaikan bahwa Interpol Polri kemarin telah melayangkan surat kepada Interpol Brasil dan juga ditembuskan ke Interpol Singapura,” kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Polri Brigjen Ahmad Ramadhan kepada wartawan, Jumat (25/2).
Dia menjelaskan bahwa surat tersebut telah secara resmi dikirim pada 24 Februari 2022 kemarin.
Menurut Ramadhan, Polri perlu mengkonfirmasi lebih lanjut ihwal penggerebekan yang dilakukan oleh kepolisian terkait kasus tersebut.
“Terkait dengan adanya atau permintaan konfirmasi dan tentang informasi penggerebekan Polisi Brasil, adanya kasus perdagangan organ manusia di Brasil,” jelas dia.
Namun demikian, Ramadhan belum dapat merincikan lebih lanjut mengenai hasil dari pengiriman surat tersebut kepada pihak Brasil dan Singapura.
Dalam kasus ini, polisi Brasil menemukan potongan kaki dan tiga paket plasenta yang sudah dipaketkan dan akan dikirim ke Singapura.
Berdasar informasi yang diterima oleh Vice World News dari salah satu sumber polisi, paket dari Manaus berisi potongan tubuh manusia itu dipesan oleh desainer berinisial AP.
Organ-organ itu diawetkan oleh seorang profesor di laboratorium anatomi manusia Universitas Negeri Manaus (UEA) menggunakan metode plastinasi dan epoksi.
Polisi federal Brasil mengonfirmasi bahwa tujuan pengiriman paket itu adalah Singapura. Salah satu paket sudah meninggalkan Manaus, namun belum jelas apakah paket itu telah sampai ke tujuan.
Berdasarkan hukum pidana di Brasil, penjualan organ manusia untuk keperluan komersial tanpa izin masuk ke dalam Undang-undang Perdagangan Manusia dengan ancaman hukuman maksimal delapan tahun penjara. (cnnindonesia)