seputar-Medan I Stabilitas harga cabai merah merupakan satu kunci keberhasilan menjaga inflasi Sumut.
Secara historis bulanan, cabai merah selalu menjadi penyumbang inflasi/deflasi utama.
Hal ini disampaikan, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumut, Soekowardojo terkait inflasi pada Rapat Tim Pengendalian Infasi Daerah (TPID) se-Sumut secara virtual dari Aula Tengku Rizal Nurdin, Rumah Dinas Gubernur Sumut, Senin (28/06/2021).
“Hal ini penting bagi daerah sentra produsen utama cabai merah di Sumut antara lain Karo, Simalungun, Dairi, Langkat dan Batubara untuk menjaga kesinambungan pasokan,” kata Soeko.
Soeko menambahkan, penyumbang inflasi terbesar lainnya antara lain daging ayam ras, minyak goreng, dan aneka ikan.
Beliau juga menyebutkan secara bulanan, gabungan 5 kota Indeks Harga Konsumen (IHK) di Sumatera Utara pada Mei tercatat inflasi 0,22% (mtm). Meningkat dari periode sebelumnya yang mencatat inflasi sebesar 0,08% (mtm).
Meski mengalami peningkatan, realisasi ini masih lebih rendah dari inflasi nasional yang mencapai 0,32% (mtm). Namun masih di atas inflasi Sumatera sebesar 0,17% (mtm).
Di antara 5 Kota IHK Sumatera Utara, Sibolga dan Gunungsitoli mengalami deflasi masing-masing sebesar -0,30% (mtm) dan -0,29% (mtm).
Adapun secara umum realisasi inflasi Sumut secara bulanan selama periode 2020 dan 2021 lebih rendah dibandingkan rerata inflasi selama 2018-2020.
“Ini merupakan dampak lemahnya daya beli masyarakat di tengah tekanan pandemi Covid-19 dan berbagai keterbatasan aktivitas ekonomi,” sebutnya.
Soeko melanjutkan, jika kita berhasil mengendalikan inflasi di Medan, maka kita akan berhasil mengendalikan Sumut.
Begitupun inflasi Sumut memang tidak sepenuhnya bergantung kepada Medan. Lantaran, kota/kabupaten lainnya juga turut andil menyumbang inflasi. Namun, setiap bulannya, Medan penyumbang inflasi terbesar di Sumut,” ungkapnya.
“Bulan Mei 2021 misalnya, 84,85% inflasi Sumut sumbangan dari Kota Medan,” tuturnya. (Siong)