seputar-Medan | Ketahanan sistem keuangan di Provinsi Sumatera Utara (Sumut) pada bulan September 2021 semakin membaik. Hal ini tercermin dari tingkat profitabilitas Return on Assets (ROA) yang meningkat dan rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) yang relatif menurun bahkan lebih rendah dibandingkan rasio sebelum pandemi.
Meski pada indikator lainnya, intermediasi perbankan Loan to Deposit Ratio (LDR) tercatat menurun didorong respon kenaikan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan penurunan penyaluran kredit.
Disisi lain, kredit tertahan (Undisbursed Loan) meningkat, didukung dengan peningkatan pada seluruh kelompok bank. Adapun spread bunga perbankan mencatatkan angka yang cukup stabil pada 5,4%, sedikit naik dibandingkan pada Triwulan II 2021 sebesar 5,1%, namun tetap sejalan dengan BI7DRRR yang masih di angka 3,5%.
Hal itu disampaikan Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara (KPw BI Sumut), Soekowardojo, saat Bincang Bareng Media secara virtual, Senin (25/10/2021).
Soeko menjelaskan, meski secara nominal mencatat perbaikan (Rp280 Triliun -> Rp285 Triliun), pertumbuhan Dana Pihak Ketiga melambat (12,35% -> 8,76%) didorong oleh penurunan pada seluruh kelompok perbankan serta seluruh jenis simpanan. ” Berdasarkan golongan nasabah, penurunan DPK didorong oleh seluruh golongan,” jelas Soeko.
Hal ini lanjut Soeko, didorong oleh Pemerintah yang diduga semakin optimal dalam melakukan belanja daerah dan perseorangan serta swasta yang diduga cenderung menyimpan simpanannya dalam bentuk lain. Penurunan DPK di seluruh kelompok juga mengindikasikan sudah mulai adanya kenaikan pada aktivitas dunia usaha yang didukung dengan penurunan tabungan Pemerintah akibat realisasi proyek yang dilakukan.
Soeko melanjutkan, untuk penyaluran kredit perbankan mengalami perlambatan (4,12% -> -0,45%) didorong oleh melemahnya Kredit Modal Kerja (KMK) hingga 7,1% dari sebelumnya 13,3% pada Triwulan II 2021 serta melemahnya Kredit Investasi (KI) (-7,6% -> -16,1%).
Melemahnya penyaluran kredit ini tutur Soeko, juga dikonfirmasi melalui survei kepada beberapa korporasi di Sumatera Utara yang menyatakan perusahaannya cenderung menggunakan retained earning untuk investasi.
Sedangkan, dari sisi sektoral, penyaluran pembiayaan menurun pada seluruh sektor utama kecuali sektor konstruksi. Melemahnya penyaluran kredit pada sektor Pedagang Besar Eceran (PBE) dan industri pengolahan diduga terjadi akibat sikap pelaku usaha yang masih wait and see terhadap perekonomian saat ini.
” Begitupun risiko gagal bayar atau Non Performing Loan (NPL) tercatat menurun hingga 3,02% dari sebelumnya 3,26% pada Triwulan II 2021,” ungkap Soeko.
Soeko menambahkan, penyaluran kredit korporasi juga menurun (6,9% -> -4,5%) didorong oleh penurunan seluruh kelompok yang cukup signifikan, menunjukkan adanya kecenderung wait and see dalam berinvestasi dari sisi pelaku usaha.
Dari sisi sektoral, penurunan kredit korporasi terjadi di seluruh sektor utama kecuali pada sektor konstruksi. Hal ini diperkuat dengan hasil survei Liaison yang menyatakan beberapa pelaku usaha tidak melakukan investasi pada tahun ini dan belum berencana untuk melakukan investasi di periode mendatang. Dari sisi risiko, NPL korporasi tercatat turun menjadi 3% dibandingkan dari Triwulan-II 2021 yang sebesar 4%, menunjukkan risiko terhadap kredit korporasi cukup rendah.
Kredit korporasi menurun (6,9% -> -4,5%) didorong oleh penurunan KI (-7,1% -> -19,3%), KMK (16,7% -> 5,9%), dan KK (3,8% -> -7,5%). Penyaluran kredit korporasi menurun mengindikasikan masih terjadinya pesimisme korporasi di triwulan III- 2021.
” Penurunan ini didukung pula dengan penurunan kredit pada seluruh Lapangan Usaha (LU) utama kecuali konstruksi yang mengalami perbaikan walaupun masih berada dalam teritori negatif.
Masih kata Soeko, untuk rasio kredit bermasalah korporasi turun dibandingkan dengan Triwulan-II 2021. NPL korporasi turun di angka 3% dengan seluruh sektor utama mencatatkan perbaikan kualitas kredit.
Berdasarkan jenis kredit, KK mencatatkan perbaikan kualitas kredit sebesar 2 basis poin pada triwulan III- 2021 dibandingkan triwulan sebelumnya, sementara kualitas kredit KMK masih berada pada level 4%. Likert Scale Permintaan Domestik dan Ekspor menurun mengindikasikan penurunan aktivitas korporasi. Penurunan pembiayaan korporasi terutama dari sisi KI dan KMK sejalan dengan hasil liaison Bank Indonesia yang menunjukkan penurunan permintaan ekspor maupun domestik. (Siong)