seputar – Jakarta | Harga minyak dunia naik 2%, mencapai harga tertinggi dalam setahun terakhir. Hal itu diduga karena adanya pembatasan produksi pasokan minyak.
Mengutip Reuters, Rabu (2/2/2021), harga minyak mentah Brent ditutup naik US$ 1,11, atau 2%, pada US$ 57,46 per barel. Ini adalah kenaikan hari ketiga berturut-turut. Selama sesi, menyentuh US$ 58,05, atau tertinggi sejak Januari tahun lalu.
Harga minyak AS naik US$ 1,21, atau 2,3%, ditutup pada US$ 54,76, setelah mencapai sesi tertinggi US$ 55,26, tertinggi dalam satu tahun.
Seperti yang dikatakan American Petroleum Institute, bahwa persediaan minyak dan bahan bakar lebih rendah pada minggu ini. Ke depannya pemotongan sukarela pasokan minyak sebesar 1 juta barel per hari oleh pemimpin de facto OPEC, Arab Saudi, akan dilaksanakan dari awal Februari hingga Maret.
Sementara, produksi Rusia akan ditingkatkan pada Januari, sejalan dengan pakta OPEC +, dan di Kazakhstan, volume minyak turun untuk bulan tersebut.
Selain pembatasan produksi minyak, harga minyak juga melonjak karena ada optimisme soal stimulus AS yang lebih banyak. Dewan Perwakilan Rakyat AS yang dipimpin bersiap untuk mengambil langkah pertama ke depan untuk paket bantuan COVID-19 senilai US$ 1,9 triliun dari Presiden AS Joe Biden.
Namun, raksasa energi BP menandai awal yang sulit hingga tahun 2021 di tengah permintaan produk yang menurun. Perusahaan mencatat bahwa volume ritel Januari turun sekitar 20% tahun-ke-tahun, dibandingkan dengan penurunan 11% pada kuartal IV.
Permintaan minyak diperkirakan akan pulih pada tahun 2021, dengan persediaan global terlihat kembali ke rata-rata lima tahun pada pertengahan tahun.(detikfinance)