seputar – Jakarta | Krisis energi global disebut-sebut dapat terjadi diakibatkan perubahan cuaca dan lonjakan permintaan. Itu menjadi alarm menjelang musim dingin, ketika kebutuhan energi meningkat untuk menyalakan dan memanaskan rumah.
Di China, pemadaman bergilir bagi penduduk telah dimulai, sementara di India pembangkit listrik berebut batu bara. Advokasi konsumen di Eropa menyerukan larangan pemutusan sambungan jika pelanggan tidak dapat segera melunasi tunggakan mereka.
“Kejutan harga ini adalah krisis tak terduga pada saat kritis,” kata kepala energi UE Kadri Simson disadur dari CNN, Jumat (8/10/2021).
Menurut data dari Badan Intelijen Komoditas Independen di Eropa, gas alam sekarang diperdagangkan setara dengan US$ 230 per barel, dalam hal minyak naik lebih dari 130% sejak awal September dan lebih dari delapan kali lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Di Asia Timur, harga gas alam naik 85% sejak awal September, mencapai sekitar US$ 204 per barel dalam hal minyak. Di Amerika Serikat, harga jauh lebih rendah tetapi masih melonjak ke level tertinggi dalam 13 tahun.
Upaya untuk mengamankan gas alam juga mendorong naiknya harga batu bara dan minyak, yang dalam beberapa kasus dapat digunakan sebagai pengganti tetapi lebih tidak ramah lingkungan.
India, yang masih sangat bergantung pada batu bara mengatakan minggu ini bahwa sebanyak 63 dari 135 pembangkit listrik tenaga batu baranya hanya memiliki pasokan untuk dua hari atau bahkan kurang.
Musim dingin yang luar biasa panjang dan dingin awal tahun ini menghabiskan stok gas alam di Eropa. Melonjaknya permintaan energi telah menghambat proses pengisian ulang yang biasanya terjadi selama musim semi dan musim panas.
Meningkatnya konsumsi gas alam cair di China membuat pasar LNG tidak dapat mengisi kesenjangan. Penurunan ekspor gas Rusia telah memperburuk keadaan.
“Lonjakan harga tenaga listrik Eropa saat ini benar-benar unik,” kata analis energi di bank Société Générale. “Belum pernah sebelumnya harga listrik naik begitu cepat. Dan kita baru beberapa hari memasuki musim gugur, suhu masih ringan,” sambungnya.
Jim Burkhard yang memimpin penelitian IHS Markit tentang minyak mentah, energi, dan mobilitas mengatakan tidak terlihat adanya bantuan yang segera datang.
“Tidak ada Arab Saudi untuk gas,” katanya. “Sepertinya ini akan bertahan selama musim dingin di Belahan Bumi Utara,” sambungnya.
Skenario kasus terbaik, menurut Burkhard adalah bahwa musim dingin dengan suhu rata-rata memungkinkan tekanan meningkat pada kuartal kedua 2022.
Tetapi cuaca buruk dalam beberapa bulan mendatang akan menciptakan ketegangan besar terutama di negara-negara yang sangat bergantung pada gas alam untuk produksi energi, seperti Italia dan Inggris.(CNN)