seputar-Medan | Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumut Doddy Zulverdi mengatakan, perekonomian Sumatera Utara tahun 2023 diprakirakan tetap kuat bias atas dalam kisaran 3,9-4,7% (yoy).
“Begitupun terdapat beberapa potensi risiko yang perlu diwaspadai karena dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi Sumut seperti risiko dampak El Nino yang diprakirakan mencapai puncaknya pada Juli-September 2023,” kata Doddy dalam kegiatan Bincang Bareng Media (BBM), Halal Bi Halal dan Pisah Sambut Kepala Kantor Perwakilan BI Sumut di Gedung BI Provinsi Sumut, Lantai 9, Jalan Balai Kota Medan, Senin (08/5/2023).
Doddy menjelaskan, adapun potensi risiko yang perlu diwaspadai dan menjadi faktor yang mendorong bias bawah yaitu: pengetatan kebijakan moneter negara maju sebagai respon dari ketatnya pasar tenaga kerja, risiko dampak El Nino yang diprakirakan mencapai puncaknya pada Juli-September 2023 terhadap gangguan produksi pangan dan risiko terkait kecukupan pasokan komoditas pangan impor seiring dengan belum optimalnya realisasi impor antara lain pada komoditas bawang putih, daging sapi dan gula serta ketidakpastian pasar keuangan global.
Sedangkan faktor-faktor yang mendorong bias atas kata Doddy adalah dampak positif pembukaan ekonomi Tiongkok pasca pandemi COVID-19 yang lebih baik dari prakiraan khususnya pada sektor pengetatan kebijakan moneter negara maju sebagai respon dari ketatnya pasar tenaga kerja, tetap tingginya harga komoditas disertai upaya pemerintah dalam mendorong produktivitas dan ekspor komoditas utama dan terus berlanjutnya insentif pemerintah guna menjaga daya beli sehingga turut menjaga momentum pemulihan ekonomi.
Dalam BBM itu Doddy juga menilai ekonomi Sumut Triwulan I-2023 masih tumbuh cukup baik sebesar 4,87% (yoy), meskipun melambat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,26% (yoy). Perlambatan pertumbuhan ekonomi Sumut seiring dengan tren moderasi harga komoditas ekspor utama Sumut yakni CPO dan dampak dari fenomena cuaca ekstrem pada Tw-l ’23 terhadap penurunan produksi komoditas pertanian seperti kelapa sawit.
Kemudian dari sisi pengeluaran, aktivitas ekspor-impor mengalami pelemahan di tengah akselerasi pertumbuhan konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, dan investasi PMTB dari triwulan sebelumnya. Penurunan produksi sejumlah komoditas utama Sumut sebagai dampak dan cuaca ekstrem pada TW-I ’23 serta adanya tren moderasi harga komoditas ekspor utama Sumut seperti kelapa sawit menahan aktivitas perdagangan internasional. Di satu sisi, konsumsi dan investasi tetap kuat.
Lebih jauh Doddy menyatakan, dari sisi lapangan usaha, sektor pertanian, perdagangan, dan transportasi tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Deselerasi Lapangan Usaha (LU) pertanian seinng dengan masuknya periode musim tanam beberapa komoditas seperti beras, cabal merah, cabai rawit, dan bawang merah serta fenomena cuaca ekstrem yang berdampak pada penurunan produksi beberapa komoditas pertanian.
Selanjutnya, sejumlah indikator seperti kredit perdagangan, UMKM, dan transportasi serta prakiraan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) PBE yang melambat pada triwulan 1-2023 turut berdampak pada perlambatan LU Perdagangan dan LU Transportasi ditengah sektor konstruksi dan industri yang masih terakselerasi.(Siong)