seputar-Medan | Antusiasme anak muda Indonesia untuk berinvestasi di pasar modal tak surut meski kondisi pandemi Covid-19 belum berakhir. Hal tersebut ditunjukkan melalui meningkatnya pertumbuhan jumlah investor di Pasar Modal yang mencatat lebih dari satu juta investor baru pada tahun lalu.
“Selama masa pandemi Covid-19 investor di pasar modal Indonesia mencatat kinerja yang cukup baik, tercatat lebih dari satu juta investor baru pada tahun lalu. Ini salah satu sektor finansial yang mampu bertahan dimasa pandemi Covid-19,” kata Chief Economist PT BCA, David Summual saat menjadi salah satu narasumber acara Webinar Nasional 2ndSumatranomics yang digelar Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara (KPw BI Sumut), Kamis (15/07/2021).
Mengusung tema “Menakar Peluang Pemulihan dan Prospek Perekonomian Indonesia serta Regional Sumatera tahun 2021” acara yang berlangsung secara virtual tersebut dibuka oleh Kepala KPw BI Sumut Soekowardojo. Selain David Sumual narasumber lainnya yang turut tampil menjadi pembicara yaitu: Guru Besar di Universitas Cornell dan Universitas Indonesia, Prof. Iwan Jaya Azis serta News Anchor Metro TV Zilvia Iskandar sebagai Moderator.
David menilai peningkatan jumlah investor baru Pasar Modal di tengah hantaman pandemi Covid-19 disebabkan ada dana berlebih kaum milenial yang biasanya dipakai untuk jalan-jalan atau wisata kini dialihkan untuk melakukan investasi.
“Lifestyle anak muda yang biasanya melakukan wisata dan kongkow-kongkow kini tidak bisa lagi dilakukan di tengah hantaman Covid-19. Mereka mulai tertarik untuk masuk ke Pasar Modal, apalagi banyak instrumen investasi baru ditawarkan,” ungkap David.
Hal ini imbuh David, tidak jauh berbeda dengan yang terjadi di Amerika Serikat (AS) dan berbagai negara yang terimbas virus Corona. Meskipun sektor riil di AS belum tumbuh kencang, tapi jika diperhatikan maka indeksnya sudah lebih tinggi bahkan dibanding sebelum terjadinya pandemi. “Likuiditas negara ini kebanyakan mengalir ke saham-saham teknologi,” papar David.
Di Indonesia sendiri, lanjut David, market cap atau kapitalisasi pasar untuk saham-saham teknologi belum begitu besar dibanding AS. Dari sisi size atau angka AS memang lebih banyak untuk saham-saham sektor teknologi seperti: Facebook, Amazon, Apple, Netflix, Google, Microsoft dan lainnya mencapai rekor tertinggi hingga saat ini.
“Di Indonesia sendiri nantinya ada saham-saham seperti itu. Contohnya Bukalapak di awal Agustus, akhir 2021 akan ada GoTo (Gojek-Tokopedia). Perusahaan-perusahaan ini berencana melakukan IPO,” ungkap David.
Selain Pasar Modal lanjut David, ada sejumlah sektor lainnya yang mampu bertahan dan malah mencatat kinerja yang cukup baik. Contohnya sektor kesehatan dan dan IT secara keseluruhan pada tahun 2020 tumbuh cukup baik atau double digit. Begitupun lanjut David, ada sejumlah sektor lain hingga kini masih berada di bawah tekanan terkait Covid-19 seperti sektor pariwisata.
Karenanya di tengah hantaman pandemi Covid-19, David meminta masyarakat Indonesia harus memahami apa itu namanya creative destruction salah satu istilah yang kerap muncul dalam sejumlah tulisan. Sebab pandemi Covid-19 bisa menjadi “Mbah’ atau The mother of creative destruction, ada perubahan perilaku dari aktifitas kerumunan ke aktifitas rumahan.
Menurut David salah satu data yang cukup menarik pada tahun lalu di tengah mewabahnya Covid-19 adalah impor sepeda yang angkanya cukup tinggi. Penjualan sepeda-sepeda ini meningkat tajam dan dibeli oleh masyarakat perkotaan hingga pedesaan.
“Nah ini sebetulnya merupakan peluang bagi produsen kita di dalam negeri untuk mengambil pasar tersebut. Begitu juga dengan penjualan hewan peliharaan, gaming hingga Video on Demand,” ungkap David.
Covid-19 tantangan utama
Sementara itu Kepala KPw BI Sumut Soekowardojo mengatakan, mencermati kondisi terkini, peningkatan kasus Covid-19 masih menjadi tantangan utama yang harus diwaspadai. Berdasarkan perkembangan kasus Covid-19 di Sumatera Utara dilansir dari situs covid.go.id, kasus Covid-19 kembali meningkat setelah adanya libur panjang dan terpantau dua kabupaten dan kota yang masuk ke dalam risiko tinggi yakni kota Medan dan kota Padangsidimpuan.
“Situasi terkini turut mengindikasikan Sumut berada pada transmisi komunitas tingkat 3 dengan kapasitas respon pada level terbatas,” kata Soeko saat menyampaikan sambutannya,
Tantangan kedua sebut beliau, terkait pembangunan kualitas sumber daya manusia di Sumut yang masih lebih rendah dibandingkan IPM Indonesia, sehingga perlu ditingkatkan. Berdasarkan hasil kajian Asia Competitiveness Institute, competitiveness Sumut menempati peringkat ke-24 dari seluruh provinsi di Indonesia.
“Dari peringkat ini tampak bahwa aspek birokrasi, koordinasi pemerintah, dan stakeholder, dan aspek kualitas hidup dan infrastruktur memerlukan perhatian dan perbaikan yang lebih serius,” pungkasnya.
Mencermati kondisi pandemi yang belum membaik, Soeko berharap, kiranya kita dapat melihat peluang pemulihan berdasarkan lesson learned selama satu tahun terakhir. Vaksinasi diharapkan menjadi game changer pemulihan ekonomi dimana diyakini pelaksanaan vaksinasi yang dipercepat dan sosialisasi prokes akan mampu mendorong keyakinan konsumsi masyarakat.
Peluang selanjutnya yakni akselerasi harga komoditas. Seperti diketahui bersama, di masa pandemi, peningkatan harga komoditas CPO cukup menggembirakan sehingga berdampak pada pertumbuhan di sektor perkebunan.
“Kedepan, perbaikan ekonomi global 2021 dan 2022 diperkirakan berdampak pada harga komoditas yang tetap tinggi,” harap Soeko.
Selanjutnya, wisata alam juga menjadi peluang pemulihan ekonomi di Sumut. Berdasarkan hasil travel sentiment toward Sumut 2020, disebutkan wisata alam merupakan jenis wisata yang paling diminati selama pandemi Covid-19.
Hal ini peluang besar bagi Sumut yang dipersepsikan sebagai daerah yang memiliki wisata alam paling unggul dibandingkan provinsi lainnya. Terlebih di Sumatera juga memiliki Danau Toba di Sumut, wisata Bintan di Kepulauan Riau, dan masih banyak lainnya yang dapat dimanfaatkan untuk menarik wisatawan domestik.
Soeko melanjutkan, memasuki tahun 2021, jumlah proyek investasi baik PMA dan PMDN masih kuat seiring dengan optimisme investor terhadap keberhasilan vaksinasi. Secara nasional, Sumut menempati peringkat 8 provinsi dengan proyek investasi asing terbesar. Hal ini menunjukkan besarnya kepercayaan dunia atas iklim dan potensi investasi di Sumut meski di saat pandemi Covid-19 sekalipun.
Kemudian UU Cipta Kerja merupakan salah satu dukungan pemerintah pusat dan daerah yang diharapkan dapat mendorong memperbaiki iklim investasi diberbagai daerah termasuk Sumut.
Peluang lainnya lanjut Soeko, sejalan dengan tren era digital adalah mendorong digitalisasi system pembayaran di masa pandemi dengan menggunakan QRIS, sehingga diharapkan dapat mendukung percepatan transaksi ekonomi dan keuangan digital Indonesia. (Siong)