seputar-Banda Aceh | Pemerintah Aceh melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata menggelar Festival Likok Pulo untuk melestarikan tarian tradisional di tengah pesatnya budaya modern.
Kepala Bidang Bahasa dan Seni Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh Nurlaila Hamjah di Banda Aceh, Sabtu (2/10/2021), mengatakan selain melestarikan tarian tradisional, festival tersebut juga mengenalkan tari likok pulo ke nusantara dan dunia internasional.
“Festival Likok Pulo 2021 digelar 9 hingga 10 Oktober mendatang. Festival digelar secara virtual, mengingat pandemi COVID-19 masih berlangsung,” kata Nurlaila Hamjah.
Nurlaila mengatakan Aceh memiliki kekayaan akan khazanah budaya dan seni tradisional warisan indatu. Di antaranya kesenian di Aceh yang hampir hilang keasliannya yang tari likok pulo dari Pulo Aceh, Aceh Besar.
Dalam perkembangannya, kata Nurlaila, tarian ini masih kurang dikenal dibandingkan dengan tari tradisi Aceh lainnya. Padahal, tarian ini memiliki potensi menjadi daya tarik bagi wisatawan berkunjung ke provinsi ujung Pulau Sumatera tersebut.
Menurut Nurlaila, dengan kondisi pandemi COVID-19 sekarang ini, ketika masyarakat banyak mengisi waktu luangnya menggunakan sosial media, maka menjadi waktu tepat memperkenalkan tari likok pulo secara luas.
“Tarian ini sudah ditetapkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI sebagai warisan budaya tak benda. Karenanya menjadi tugas kita memastikan tarian ini terus berkembang dan semakin populer di tengah-tengah masyarakat,” kata Nurlaila.
Nurlaila Hamjah mengatakan Festival Tari Likok Pulo merupakan ajang perlombaan antarsanggar se-Banda Aceh, Aceh Besar dan sekitarnya serta untuk mempererat silaturahim seniman dan pelaku seni tradisi.
“Kami mengundang komunitas,sanggar seni di Banda Aceh, Aceh besar dan sekitarnya untuk ikut serta dalam ajang Festival Likok Pulo 2021 ini,” kata Nurlaila Hamjah.
Tarian Likok Pulo memang belum setenar Tari Saman, Seudati, Ranup Lampuan atau Ratoh Jaroe, sehingga lewat festival tersebut diharapkan likok pulo makin dikenal secara luas. Festival ini memperlombakan Likok Pulo antar sanggar se-Banda Aceh, Aceh Besar dan sekitarnya.
Tari Liko Pulo diciptakan oleh Syech Ahmad Badrun pada tahun 1845 di Gampong Ulee Paya, Pulo Aceh. Ia seorang ulama Arab yang berdagang ke Aceh.
Selama menempuh perjalanan menggunakan kapal layar dari Arab menuju pesisir Aceh yang memakan waktu berbulan-bulan, awak kapal merasa bosan. Sehingga untuk mengisi waktu, Syech Ahmad Badrun menciptakan sebuah permainan.
Belakangan, permaianan tersebut menjadi sebuah tari yang sekarang lebih dikenal dengan Tari Likok Pulo, yang menggunakan Boh Likok (potongan kayu dari pohom Tho ie yang berbentuk bulat) sebagai properti yang dimainkan oleh para penari Likok Pulo.
Selain memperkenalkan seni, Syech Ahmad Badrun juga menyebarkan ajaran Islam di Aceh. Kisah Syech Ahmad Badrun dan Tari Likok Pulo ini sudah diwariskan turun temurun oleh orang tua kepada generasi saat ini. (antara/okezone)